Your Ad Here

Mari Menulis Sasta!!!

Laman ini dibuat untuk berbagi bersama penikmat sastra. Mari meningkatkan kembali ranah sastra Indonesia yang sudah mulai meredup ini. Bagi Anda yang ingin berpartisipasi, silakan kirim naskah sastra Anda ke; aamovi05@gmail.com dan pastikan tulisan sastra Anda ada di blog ini.
salam sastra Indonesia

Wednesday, February 17, 2010

Negeri Gadis Kecil yang Misterius

Oleh : Akmal MR

Aku seperti manusia yang dililit jerami kusam dalam terik matahari hingga membuat pandanganku kabur sampai apa yang aku lihat betul-betul tak tampak lagi. Padahal aku baru saja merasa senja yang begitu indah hingga ia takluk pada malam yang menyajikan jutaan titik kedamaian, pada tengah ia beri lingkaran sebagai lentera yang siap memberi cahaya yang indah.

Namun Apa yang terjadi pada tubuhku disini? Kenapa aku tak bisa mengerakkan tubuhku. Tak bisa kekiri juga tak bisa kekanan. Akupun tak sanggup membuka mata dan berteriak lagi. Sungguh aku tak bisa. Apa yang telah membuat aku begini? Kenapa begitu banyak jerami menggulungku?

Dari kejauhan aku melihat satu titik cahaya yang sangat aneh namun cahaya itu menyajikan sebuah keindahan yang membuat jiwa tenang karenanya, ia berputar-putar dengan lembut dan sesekali bergerak ke arah kiri dan kemudian kekanan. Akupun mencoba menggapai cahaya itu, keindahannya membuat aku merasa sangat damai. Namun tiba-tiba cahaya itu berubah menjadi api yang sangat ganas dan bergerak cepat menuju arahku. Aku sangat terkejut, lalu aku berlari menjauh dari kerajaran api itu, aku sangat ketakutan ditambah lagi dengan kedua kakiku yang sangat susah aku gerakkan, rasanya begitu berat Aku terus mencoba melawan ketakutan ini walau telah hinggap dalam benak ini.

Aku terus berusaha menjauhkan diri dari pikiran yang memungkinkanku luruh akan ketakutan hinggaku rapuh dan bisa-bisa aku terjebak diantara dua dunia berbeda. Dua dunia berbeda adalah dimana saat mnusia merasa diambang tak sadar, saat itulah terjadi saling tarik hingga banyak yang berkata mereka kesurupan, kerap emakku bercerita tentang agar aku bisa sadar jika aku berada pada posisi itu. Konon katanya saat masa itu merangkul kita, disitu akan ada sebuah pertempuran antara batin dengan lahiriah kita. Aku juga tak pernah merasakan itu, tapi tatkala emakku bercerita tentang itu, bulu kudukku selalu merinding seakan apa yang emakku cerita berada tepat dibelakangku.

Aku sungguh belum mengerti apa yang terjadi padaku. Padahal api itu telah mendekatiku, namun ketika aku terus melotot kearahnya, api itu hilang dengan sendirinya. Aku merasa ada yang tak beres dengan diriku ini. Akupun memilih untuk pergi dari tempat ini. Aku terus berjalan di tempat itu. Tempat yang sangat aneh, aku tak pernah melihat tempat seperti ini sebelumnya. Aku seperti debu-debu jalanan yang dihempas kendaraan hingga aku melekat pada jerami tua kemudian aku dibakar lalu aku melebur menjadi abu yang hitam bersama jerami, dan akan beulang seperti itu lagi dan lagi.

Sepertinya aku sangat kecil diantara pohon-pohon yang berdiri tegap dihadapanku. Pohon itu telah menenggelamkanku dalam kegelapan malam. Aku masih tetap saja merasa kecil, aneh, dan seperti tiada lagi didunia nyata. Sekalipun umurku telah menjauh dari putik, namun baru kali ini aku melihat hal yang sedemikian rupa ini. Pepohonan yang sangat besar melingkar di hadapan, samping, dan dibelakangku. Disela-sela pohon itu aku melihat gadis kecil sedang menimba air, ia sendiri maka kuhampiri dia untuk menanyakan kejelasan tentang ditemapt mana aku sekarang ini. “hai,... apa kamu tau tempat apa ini?” aku bertanya padanya sambil membantu mengambilkan beberapa jerigen yang masih berada diatas becak yang dia dorong entah dari mana. Tak ada jawaban! “apa gadis ini bisu?” gumamku dalam hati.

“Jika mungkin dia bisu, jadi kenapa tak menoleh padaku, apa mungkin dia tidak bisa mendengar? perasaanku terus mengerutu melihat tingkah gadis itu yang tak mau memperlihatkan wajahnya padaku.

Sepertinya gadis itu cukup molek. Aku sangat ingin mengenalnya. Maka aku terus memperhatikan cara dia menimba air. Rambutnya yang sangat panjang membuat bagian punggungnya tertutup. Namun sesekali terlihat juga karena rambutnya terangkat ketika dia mencoba menimba air di sumur yng terlihat tua dan lesuh sepertinya sumur itu sangatlah dalam dan tak ada yang merawatnya.

“dek, boleh aku yang membantu mengambilkan air itu untukmu?” ucapku akrab meminta untuk membantu gadis itu. Namun dia juga tak mau membalikkan mukanya untuk melihatku. Sungguh begitu membuatku semakin tertantang untuk mencoba dengan cara lain. Namun usahaku mulai tampak menuai hasil, gadis itu memang tak melihatku tapi ia malah menyuruhku untuk membantu mengikat rambutnya yang terurai tak lagi rapi akibat angin yang tiba-tiba saja datang sejenak namun membuat rambut gadis kecil itu tak secantik tadi.

Perasaanku pun tertarik dengan apa yang ia suruh. Dengan niat membantu, aku langsung mendekati dan meminta gaya ikatan rambut seperti apa yang ia mau. Ketika aku mencoba menyentuh rambutnya, aku merasa dalam diriku ada sebuah kemenangan baru karena mampu membuat gadis itu mau mengajakku untuk membantunya walau aku sungguh tak pernah mengenalnya. Bahkan sampai aku memegang rambut dia yang akan ku ikat, dia juga tak menolehkan matanya padaku. Sungguh memang sangat begitu ajaib dan tak mungkin ada manusia seperti itu.

Ku ajak dia bicara, tapi dia tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya untukku. hingga aku menyerah dan aku hanya bercerita walau dia tak menaggapinya dengan baik, tapi sepertinya aku lega telah berbagi cerita tentang aku dikejar oleh gumpalan api yang sangat mengerikan tadi.

Sambil aku bercerita aku terus menggulung rambutnya yang hendakku kepang agar dia terlihat lebih cantik.

“tolong kau angkat rambutku, coba kau lihat apa yang ada dipunggungku, tolong, aku merasa sangat gatal” gadis itu mulai berbicara.

“yah,...maaf. aku tidak berani” jawabku dengan tegas.

“tapi ini memang amat sangat gatal, tolong aku” kembali ia mengulang pintanya itu. Aku tak tahu mesti harus bagaimana, dan akupun mencoba mengangkat baju kaos putihnya yang ukurannya sangat tidak pas bagi tubuhnya yang kecil dan langsing.

Lepas mengangkat baju dia, aku melihat ada yang merah dipunggung dia. Merah yang juga sangat aneh, semakin aku melihat kearah merah itu, semakin ia membesar dan tiba-tiba merah itu membusuk sambil mengeluarkan ratusan ulat kecil yang membuatku lari ketakutan lalu menjauh darinya. Aku begitu takut! Seraya ia menurunkan bajunya kembali, ia meoleh kebelakang dan langsung melihat kearahku. Aku tak sanggup lagi menahan nafas, aku begitu takut, aku seperti melihat monster yang sangat ganas. Gadis kecil yang ku lihat itu berubah menjadi wujudnya. Dengan muka yang penuh luka dan darah yang sangat bau, dia mendekati aku seakan-akan ingin menyatapku. Tangannya berubah menjadi lebih ganas, dengan kuku yang tajam dan panjang, bulu yang sangat mengerikan itu keluar dengan sendirinya dari tubuhnya.

Rasa takut ini semakin menjadi-jadi saat dia hampir menagkapku. Namun ketika aku berteriak dengan keras, sedikit ia menjauh. Namun sesaat kemudian dia datang lagi. Dengan wajah yang kian lama kian ganas itu dia terus mengejarku. Dan akhirnya dia mendapatkan aku. Beberapa kali aku dicekik dan digigit olehnya.

Aku kembali berlari, tapi kali ini gadis itu mendapatkanku. Aku terus berteriak namun serasa mulutku ditutup dengan bantal. Aku betul-betul tak sanggup mengeluarkan sepatahkatapun dari mulut ini. Aku juga tak tahan lagi. Aku mencoba melawan dan terus melawan, aku ingin lepas dari ini. Sepertinya aku tak bisa lagi lepas karena aku telah didalam dekap kematiannya. Aku tak menangis tapi airmataku terus mengalir. Suaraku hilang tak tahu entah apa yang telah membuatku seperti ini. Namun,.. akhinya setan yang menjelma gadis itu telah pergi. Aku terbangun dan ku lihat sekujur tubuhku basah oleh keringat yang sangat banyak. Kemudian aku sadar bahwa yang tadi aku lewati hanya sebuah mimpi.

Rasa panas menyelimutiku dan hendak membuatku percaya apa yang baru aku lewati merupakan sebuah kenyataan. Memang rasa takut itu masih membayang, namun bagiku itu hanyalah sebuah mimpi dan tetap saja itu mimpi. Yang aku pikirkan sekarang adalah mengapa aku bisa bermimpi seperti itu? Kenapa saat aku bangun leherku terasa sangat sakit, bahkan ada bekas jari seperti baru saja mencekikku dengan kuat sekali.

Apa yang salah denganku? Saat aku tidur tadi sepertinya memang ada tanda-tanya aku akan bermimpi. Tapi yang ku bayangkan bukanlah mimpi seperti itu. Aku hanya membayangkan betapa indahnya bila aku lebih dekat dengan senja, apalagi jika aku menyaksikan ia takluk oleh malam, aku berada diatas gunung. Itu yang aku harapkan menjadi mimpi dan seterusnya de javu. Jika mimpi yang telah ku lewati tadi menjadi sebuah kenyataan, apa yang akan aku lakukan? Aku betul-betul sangat ketakutan. Aku berharap mimpi itu tak jadi nyata.


Ulee Kareng, 13 April 2007

No comments: